61. Yang Maha Esa bersemayam di dalam hati (jiwa) setiap makhluk, oh
Arjuna, mengakibatkan mereka terputar oleh Sang Maya (kekuatanNya),
ibarat makhluk-makhluk ini diletakkan di atas suatu alat (yang
berputar).
Sebenarnya semua yang kita berbuat adalah perbuatan atau kehendak Yang
Maha Esa itu sendiri yang bersemayam di dalam jiwa kita dan dalam jiwa
setiap makhluk lainnya. Ia lah yang ‘membolak-balikkan” kita tanpa kita
bisa berdaya atau menentang kehendakNya sedikitpun, dan alat pemutar ini
adalah Sang Maya (ilusi, tenaga alami, dan juga kekuatanNya). Sering
alat-pemutar ini disebut juga ibarat gangsing oleh penterjemah sloka ini
di versi-versi lain dari Bhagavat Gita). Yang Maha Esa adalah ibarat
seorang dalang dalam pertunjukan, Yang Mengatur segala-galanya baik segi
kostum, tata-ruang, penampilan dan semua gerak-gerik dan dialog kita.
Sedangkan motor penggerak atau alat penggerak dibalik semua itu adalah
Ia juga dalam benluk kekuatannya, yaitu Sang Maya yang diciptakanNya
Sendiri; tanpa Sang Maya tidak akan ada kekacauan dan kebaikan di dunia
ini. Sang Maya ini dengan kehendakNya membuat kita “menang, berlari,
jatuh-bangun, tunggang-langgang, terbuai, dan lain sebagainya.
Yang Maha Esa ini, oh manusia, Yang Menentukan seseorang harus
berperang, berjuang, dan melawan kegelapan, kezaliman dan kekurangan
pengetahuan kita. Prakriti memberikan kepada setiap makhluk, manusia dan
benda peranan-peranan tertentu dalam kehidupan kita ini, tetapi semua
itu juga diikuti oleh ikatan-ikatan duniawi, jadi mau tak mau harus
bertindak, berbuat dan beraksi sesuai dengan pola dari Sang Prakriti ini
(kekuatanNya).
Di alam semesta ini yang merupakan suatu roda dari Sang Waktu, maka
Yang Maha Kuasa telah menggariskan atau merencanakan setiap karma bagi
setiap makhluk-makhluk ciptaanNya yang harus dilaksanakan oleh
makhluk-makhluk ini. Jadi setiap manusia dan makhluk dan benda harus
berputar atau berfungsi ibarat di atas suatu alat pemutar pembuat
keramik, dan sewaktu diputar ini maka keramiknya atau tanah-liat yang
akan dijadikan benda keramik inipun dipoles dan dibentuk sesuai dengan
kehendak dan cita-rasa sang pembuat keramik. Dan dalam proses pembuatan
keramik ini, tentu saja tidak semua keramik ini akan terbentuk dengan
sempurna atau sama. Ada yang cacat, dan ada juga yang pecah berantakan,
tetapi banyak juga yang cantik dan sempurna bentuknya. Jadi dengan kata
lain, tidak ada suatu kejadian atau nasib atau takdir yang kebetulan
sifatnya atau penuh dengan “seandainya,” yang ada hanyalah Yang Maha Esa
dan semua rencana-rencanaNya, tidak lebih dan tidak kurang!
62. Berlarilah mencari perlindungan di dalamNya dengan segenap
jiwa-ragamu, oh Arjuna! Dengan karuniaNya dikau akan mendapatkan
Kedamaian Yang Agung — Tempat Tinggal Yang Abadi.
Sang Kreshna Yang Maha Bijaksana setelah mengajarkan rahasia yang
amat suci dan agung sifat ini, masih saja bersifat amat demokratis dan
tidak mau menang sendiri atau memaksakan ajaran-ajaran ini kepada Arjuna
atau kita semua. Malahan Ia menganjurkan agar semua ajaran dan wejangan
ini dipelajari dan direnungkan dulu, dengan kata lain, kita semua
diberikan kebebasan olehNya untuk bertindak atau memutuskan apa kita
ingin mengikuti semua ajaran-ajaran ini secara semestinya, atau ingin
bebas beritikad sesuai dengan selera kita sendiri.
Pengetahuan tentang kesadaran atau pencapaian Sang Brahman oleh manusia
melalui tindakan atau perbuatan tanpa pamrih secara total adalah sebuah
rahasia atau misteri yang sifatnya lebih dari rahasia itu sendiri,
apapun bentuk rahasia itu. Rahasia yang lainnya adalah bahwa Sang
Kreshna, Yang Maha Esa itu, adalah monitor yang bersemayam di dalam diri
setiap makhluk, yang sebenarnya menyelenggarakan dan yang dengan
kekuatanNya (Sang Maya) mcmbuat kita bertindak, berbuat, bekerja,
beraksi dan “menari-nari” tanpa daya di panggung dunia ini. Maka
berlindunglah selalu kepadaNya semata, kepada Yang Maha Esa, kepada Sang
Kreshna Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kebijaksanaan ini amat jelas
sifatnya, terserah kepada kita semua mau mengikuti semua ajaran-ajaran
kebijaksanaan ini dan mengamalkan kepada sesama kita dan demi Yang Maha
Esa tanpa pamrih atau mengikuti kehendak pribadi kita sendiri. Yang Maha
Esa jelas sifat dan pendirianNya, yaitu amat demokratis dan tidak
memaksa. Semua ini tentunya kembali lagi kepada kita untuk direnungkan
dan dijalani.
63. Demikianlah ilmu pengetahuan yang paling rahasia dari semua
mistik, telah Ku-ajarkan kepadamu; Setelah mempertimbangkan semua ini
sepenuhnya, bertindaklah seperti yang engkau kehendaki.
Setelah sekian banyak ajaran yang telah diberikan Kreshna kepada
Arjuna, hingga saat ini. Dia sepenuhnya menyerahkan segala keputusan
akhir di tangan Arjuna sendiri, yang bebas memilih dan menentukan
sendiri apa yang harus dilakukannya. Disini Arjuna harus menemukan jati
dirinya terlebih dahulu agar dapat menentukan arah yang tepat dan benar
bagi penentuan selanjutnya. Ajaran dari Sri Kreshna ini bukanlah
indoktrinasi dan memberikan kebebasan penuh kepada siswa untuk
mempergunakan penalaran dan kemampuan pemahamannya dalam mengambil
keputusan akhir.
64. Dengarkanlah lagi kata-kataKu yang agung, yang paling rahasia
sifatnya dibandingkan semuanya. Dikau adalah yang amat Kukasihi, maka
akan Kukatakan kepadamu demi kebaikanmu.
Sebenarnya sabda atau wejangan-wejangan Sang Kreshna adalah
“sabda-sabda nan agung” sifatnya, yang menjadi intisari dari Bhagavat
Gita, intisari dari yoga atau ilmu pengetahuan yang sejati.
65. Pusatkanlah pikiranmu padaKu; berdedikasilah kepadaKu;
berkorbanlah demi Aku; sujudkanlah dirimu di hadapanKu. Maka dikau
dengan demikian akan datang kepadaKu. Aku menjamin dikau dengan
kebenaranKu; dikau adalah kesayanganKu!
Arjuna adalah kesayangan Sang Kreshna, maka diturunkanlah ajaran
mengenai bhakti yang amat murni sifatnya ini kepadanya. Sang Kreshna
atau Yang Maha Esa pun menyayangi kita semua, dan diturunkanlah ajaran
Bhagavat Gita kepada kita semuanya, maka dengan memberikan segenap
jiwa-raga kita secara total kepadaNya, dengan mencintai dan
mengasihiNya, memujaNya, selalu mengingatNya, tunduk dan bersujud selalu
kepadaNya bekerja untukNya semata apapun jenis pekerjaan itu tanpa
pamrih, maka kita semua akan menemukanNya, menemukan Tuhan Yang Maha
Esa, Tuhan dari segala bentuk kehidupan dan tujuan kehidupan ini,
kehidupan kita semua ini. Om Tat Sat.
66. Serahkanlah semua kewajiban, datanglah kepadaKu semata untuk
berlindung. Janganlah bersedih! Akan Kubebaskan dikau dari semua
dosa-dosa.
Sloka ini dianggap sebagai sloka yang amat penting dalam Bhagavat Gita,
dan merupakan suatu ungkapan dan ajaran yang dianggap amat rahasia
sekaligus penuh dengan kasih-sayang Yang Maha Esa yang tak terbatas.
Ajaran atau wejangan ini dianggap sebagai suatu kebijaksanaan yang amat
dalam artinya dan menjadi patokan yang amat disegani dan dihormati oleh
umat Hindu yang suci semenjak ribuan tahun yang silam di India dan di
mana saja agama Hindu ini berkembang. “Serahkan semua kewajiban,” pada
sloka ini berarti tanggalkan atau lepaskanlah dharma yang ditekankan
atau terdapat di pustaka-pustaka suci kuno untuk sesuatu yang nilainya
lebih luhur dan agung, yaitu dengan menjadikan Yang Maha Esa secara
tunggal tempat kita berlindung, memohon dan mengabdi, dan memandangnya
sebagai Yang mengayom dan Yang Menuntun kita sesuai dengan kehendakNya
semata.
Jangan membuang-buang waktu untuk mendiskusikan soal kasta yang sudah
jelas maksudnya, yaitu pembagian kerja dan bukan perbedaan status atau
diskriminasi. Jangan membuang-buang waktu yang berharga dengan melakukan
tradisi dan upacara-upacara yang membingungkan dan membuang-buang
energi, tetapi langsung saja menuju ke suatu perbuatan nyata yang hakiki
dan sejati sifatnya, yang tanpa pamrih demi dan untuk Yang Maha Esa
semata, dan bukan demi kepuasan mata, kepuasan jiwa atau indra-indra dan
pikiran pribadi kita. Janganlah menerapkan kewajiban-kewajiban atau
instruksi-instruksi dalam dharma-shastra kita secara ngawur dan salah,
secara metafisik dan etika belaka, tetapi lakukanlah secara murni sesuai
dengan sabda-sabda Sang Kreshna, Tuhan dari semua dewa-dewa dan
kekuatan-kekuatan di alam semesta ini. Semua kewajiban dan instruksi
yang terdapat di dalam dharma-shastra ini akan hilang nilai dan artinya
sekali seseorang sudah melakukan bhakti yang luhur dan tulus kepada Yang
Maha Esa secara langsung.
Seorang jignasu (pencari kebenaran) harus menyerahkan secara total,
jiwa dan raganya bagi Yang Maha Esa, dan Yang Maha Esa pasti akan
membebaskannya dari segala dosa-dosa dan keterbatasannya, dari
kekurang-pengetahuannya dan dari semua segi negatifnya. Ini adalah janji
tulus Sang Kreshna, Yang Maha Esa, kepada kita semua dan ini
menunjukkan kasihNya Yang Agung dan Suci. Rahasia ke Tuhan Yang Maha
Suci adalah bhakti yang tulus dan tanpa pamrih, tanpa benci, tanpa
keinginan duniawi, tetapi hanya demi dan untuk Ia semata. Terjadilah
kehendakNya. Om Tat Sat.
Seseorang yang dedikasinya kepada Yang Maha Esa masih dalam taraf
yang belum matang, sewaktu bertindak sesuatu akan menganalisa dan
mengkonfirmasikan setiap tindakan dan efeknya secara mental, fisik,
moral, kewajiban, hukum, kaidah, kegunaan, bahkan dari segi spiritual
juga akan diperhitungkan olehnya. Tetapi sekali ia berjalan dan
berdedikasi secara tulus, tanpa pamrih dan dengan kesadaran yang matang,
maka semua unsur, kaidah, dan nilai-nilai kewajibannya akan sirna, dan
kemudian hanya timbul satu kesadaran Ilahi yang amat sukar diterangkan
dengan kata-kata atau bahasa awam. Kesadaran ini bentuknya amat
spiritual dan orientasinya hanya Yang Maha Esa semata. Di sini semua
yang dikerjakan, diperbuat dan setiap aksi akan menjadi ibadah atau
dedikasi yang amat tulus sifatnya dan setiap bentuk perbuatan pemuja ini
akan sinkron dengan kehendakNya, dan inilah misteri dari kehendakNya,
yang hanya bisa dimengerti secara spiritual dan duniawi oleh pemuja itu
berkat karuniaNya juga.
Suatu bentuk pengalaman atau kehidupan yang sukar dapat diterangkan
dengan logika duniawi. Maka seyogyanyalah jangan menjadikan diri anda
sebagai budak dari tradisi, kewajiban yang belum tentu positif nilainya,
atau sesuatu tindakan yang nampaknya positif berdasarkan
prinsip-prinsip tertentu. Ini bukan wejangan sesat atau ajaran Sang
Kreshna yang salah, tetapi bhakti yang tulus kepada Yang Maha Esa memang
akan menimbulkan semacam prema (kasih-Ilahi) yang tak terbatas agung
dan suci yang penuh dengan pengetahuan-pengetahuan spiritual yang sukar
dijangkau dengan logika duniawi, dan sukar diterangkan dengan kata-kata
biasa, dan kebijaksanaan atau kesadaran Ilahi ini berada di atas semua
kebaikan dan keburukan duniawi. Tanggalkanlah semua baju-baju duniawi
anda, dan secara “telanjang-bulat” lepaslah dari nafsu-nafsu dan
keinginan.
Sambutlah Yang Maha Esa dengan bhakti yang tulus, berlindunglah di
dalamNya dan selalulah berdoa “terjadilah kehendakNya.” Inilah intisari
ajaran Bhagavat Gita yang agung dan suci ini. Aliran Ramanuja di India
menyimpulkan sloka 66 ini sebagai intisari atau klimak dari ajaran
Bhagavat Gita. Bekerja, bertindak dan berbuat suatu apapun; misalnya
hal-hal yang dianggap terbaik dan suci, tetapi demi Yang Maha Esa semata
dan tanpa harapan akan imbalan, maka perbuatan ini akan dilindungi oleh
Yang Maha Esa dan sang pemujanya akan diselamatkan dari segala mara
bahaya. Tetapi kalau sang pemuja sebaliknya berpikir bahwa semua
tindakan tanpa pamrih ini malahan akan melepaskannya dari mara-bahaya
dan akan dilindungi oleh Yang Maha Esa, maka pikiran semacam ini tidak
murni lagi karena sudah terkena polusi dari pamrih itu sendiri. Ingat
secercah harapan sekecil apapun merupakan tanda bahwa dedikasi itu sudah
tidak murni lagi. “Terjadilah kehendakNya,” apapun itu! Baik yang
terlihat negatif maupun positif, Yang Maha Esa yang tahu apakah hasil
dan efek yang diberikannya kepada seseorang itu negatif atau positif.
Seorang yang bersatu denganNya secara sejati akan mendapatkan juga
pengetahuan ini, dan ia akan selalu bahagia dengan apapun yang dibcrikan
oleh Yang Maha Esa kepadanya. Om Tat Sat.
67. Jangan sekali-kali dikau bicarakan ajaran ini kepada seseorang
yang tidak berdisiplin secara spiritual dalam hidupnya, juga tidak
kepada seseorang yang tak memiliki dedikasi, juga tidak kepada seseorang
yang tidak ingin mendengarkannya, juga tidak kepada yang
menjelek-jelekkan Aku.
Kebenaran yang sejati ini jangan diajarkan atau dibicarakan dengan
mereka-mereka yang hidupnya penuh dengan kemewahan dan kenikmatan
duniawi, yang sudah terbius oleh semua unsur duniawi ini juga tidak
kepada yang tak memiliki dedikasi atau ibadah kepadaNya, atau kepada
mereka-mereka yang tak mau melakukan disiplin-disiplin spiritual seperti
puasa, pemujaan, sembahyang, meditasi dan kegiatan-kegiatan spiritual
lainnya yang berorientasi kepada Yang Maha Esa, atau mereka-mereka yang
tidak mau memikirkan sesamanya. Jangan juga ajarkan Bhagavat Gita kepada
orang-orang yang anti-Tuhan dan yang senang dan gemar menjelek-jelekkan
Tuhan Yang Maha Esa. Juga jangan ajarkan Bhagavat Gita kepada mereka
yang nafsu sensualnya terlalu besar, atau mereka-mereka yang selalu
mencari-cari kesalahan dalam setiap agama dan ajaran-ajaran suci
lainnya. Karena ini sama saja meletakkan sebutir mutiara yang berharga
dihadapan seekor babi, yang hanya senang makan kotoran dan tidak sadar
atau tahu akan nilai mutiara ini.
Ajarkanlah Bhagavat Gita kepada mereka yang memperlihatkan dedikasi
yang tinggi kepadaNya, yang hidupnya penuh dengan perbuatan baik bagi
sesamanya, yang berdisiplin secara spiritual, karena orang-orang yang
tidak memenuhi syarat-syarat ini akan salah mengerti akan ajaran-ajaran
Bhagavat Gita, dan menyalah gunakannya. Jadi lebih baik tidak diajarkan,
karena malahan akan menimbulkan kekacauan dan kebatilan daripada
kebaikan dan kebenaran.
68. Seseorang yang membukakan (menjelaskan) rahasia agung ini kepada
pemuja-pemujaKu, memperlihatkan dedikasi yang tertinggi kepadaKu – ia,
tanpa diragukan, akan datang kepadaKu.
69. Juga tak ada di antara manusia yang lebih tinggi dedikasinya
kepadaKu selain ia. Juga tak akan ada orang lain yang lebih Kukasihi di
bumi ini selain ia.
Seseorang yang dengan bakti dan dedikasi yang tulus mengajarkan Bhagavat
Gita kepada yang lain-lainnya adalah seorang manusia yang amat dikasihi
oleh Sang Kreshna, oleh Yang Maha Esa, demikian sabda Sang Kreshna
disloka-sloka di atas, karena orang ini membantu orang lain untuk
menyeberangi kehidupan (sansara) ini ke Tujuan Nan Abadi, Tempat Tinggal
Kita Yang Selama-lamanya. Om Tat Sat.
70. Dan seseorang yang mempelajari dialog Kita yang suci ini, maka ia
akan memujaKu dengan mengorbankan (mempersembahkan) ilmu pengetahuan.
Begitulah ketetapanKu.
Mempelajari atau melakukan suatu studi akan Bhagavat Gita secara
tulus adalah suatu bentuk pemujaan akan Yang Maha Esa. Barangsiapa
mempelajari Bhagavat Gita berarti mempersembahkan suatu persembahan yang
tak ternilai harganya bagi Yang Maha Esa. Ini sudah menjadi ketetapan
Sang Kreshna, Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Om Tat Sat.
No comments:
Post a Comment